Senin, 18 Oktober 2010

Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung dari gelombang yang di lengkapi dengan fasilitas terminal laut yang meliputi dermaga tempat kapal berlabuh untuk untuk melakukan bongkar muat barang dan sebagainya. Tempat penyimpanan penyimpanan untuk menunggu keberangkatan berikutnya (Bambang Triatmono, 2002).

Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perikanan berfungsi sebagai tempat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, tempat pembinanan mutu hasil tangkapan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat penyampaian penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan tempat untuk memperlancar operasional kapal perikanan.

Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor 16/Men/2006 klasifikasi besar/kecilnya skala usaha pelabuhan perikana dibedakan menjadi empat tipe pelabuhah :
  1. Tipe A, Pelabuhan perikanan Samudera
  2. Tipe B Pelabuhan Perikanan Nusantara 
  3. Tipe C Pelabuhan Perikanan Pantai  
  4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 
1. Pelabuhan Perikanan Samudra
Pelabuhan Perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal- kapal perikanan yang beroperasi di perairan samudera yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak jauh sampai ke perairan ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) dan perairan Internasional, mempunyai perlengkapan untuk menangani (handling) dan mengolah sumberdaya ikan sesuai kapasitasnya yaitu jumlah hasil ikan yang didaratkan.
Ciri cirinya :
1. Jumlah ikan yang didaratkan minimum sebanyak 200 ton / hari untuk pemasaran DN maupun LN (Eksport)
2. Bisa menampung kapal berukuran lebih dari 60 GT sebanyak 100 unit kapal sekaligus
3. Mempunyai cadangan lahan untuk pengembangan


2. Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal – kapal perikanan yang beroperasi di perairan Nusantara yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak sedang sampai ke perairan ZEEI, serta mempunyai perlengkapan untuk menangani dan atau mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah ikan yang didaratkan.
Ciri – cirinya :

1. Jumlah ikan yang didaratkan minimum 50 ton / hari atau untuk pemasaran dalam negeri
2. Bisa menampung kapal berukuran sampai dengan 60 GT sebanyak 50 unit kapal sekaligus
3. Mempunyai cadangan lahan darat untuk pengembangan seluas 5 Ha

3. Pelabuhan Perikanan Pantai
Pelabuhan Perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal – kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai serta mempunyai perlengkapan untuk menangani dan atau mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya

Ciri – cirinya

1. Jumlah ikan yang didaratkan minimum sebanyak 20 ton /hari untuk pemasaran daerah sekitar atau untuk dikumpulkan dan dikirimkan ke pelabuhan perikanan yang lebih besar
2. Bisa menampung kapal berukuran sampai dengan 15 GT sebanyak 25 unit kapal sekaligus
3. Mempunyai cadangan lahan darat untuk pengembangan seluas 5 Ha

4. Pangkalan Pendaratan Ikan
Pangkalan untuk pendaratan ikan hasil tangkapan yang berskala lebih kecil dari Pelabuhan Perikanan Pantai ditinjau dari segi kapasitas penanganan jumlah produksi ikan, maupun fasilitas dasar dan perlengkapanya

Ciri – ciri :

1. Jumlah Ikan yang didaratkan minimum sampai dengan 5 ton/hari
2. Dapat menampung kapal sampai dengan ukuran 5 GT sejumlah 15 unit sekaligus

Kamis, 14 Oktober 2010

JARING ANGKAT (LIFT NET)

Jaring angkat adalah jaring biasanya berbentuk empat persegi panjang, dibentangkan di dalam air secara horizontal, dengan menggunakan bambu, kayu, atau besi sebagai rangkanya. Pemasangan jaring angkat ini dapat di lapisan tengah, atau dasar permukaan perairan.

Jenis-jenis Lift Net dan Teknik Penangkapannya
1. Bagan
    merupakan salah satu jaring angkat yang di operasikan di perairan pantai pada malan hari dengan menggunakan cahaya lampup sebagai faktor penarik ikan. Menurut Subani (1972), di Indonesia bagan ini dipekenalkan pada awal tahun 1950 dan digunakan oleh nelayan Makassar dan Bugis di Sulawesi Selatan,  kemudian nelayan daerah tersebut membawanya kemana-mana dan akhirnya dikenal di seluruh indonesia. Menurut cara operasinyan bagan di bagi menjadi 3 macam :
1. Bagan tancap
2. Bagan rakit
3. Bagan perahu (baga rambo)

2. Stick Held Dip Net
    Salah satu jenis jaring angkat yang sangat terkenal adalah "Stick held dip net" dalam bahasa jepang di sebut "Bouke-ami". Pada mulanya  alat tangkap ini dikenal berdasarkan kepada jenis ikan yang menjadi tujuan antara lain saury held dip net (untuk menangkap ikan-ikan saury), meckerel stick held dip net (untuk menangkap ikan-ikan mekerel), dan sebagainya.

3. Serok (Scopnet) dan Bandrong
    Serok (scopnet) adalah jaring yang berbentuk kerucut atau kantong mulut jaring terbuka dengan memakai bingkai yang terbuat dari rotan atau bambu. Sedangkan bandrong adalah jenis jaring angkat yang terdiri darirangkaian jaring dan bambu  yang dipasang di suatu perairan baik sungai maupun laut untuk menghadang ikan-ikan yang lewat diatas bandrong tersebut.

Selasa, 12 Oktober 2010

LIGHT FISHING

Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (Pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut phototaxis (Ayodhyoa, 1976; 1981). Dengan demikian, ikan tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaxis, yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang tidak tertarik oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa fotophobi.

   Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah penyesuaian intesitas cahaya dengan kemampuan  mata ikan untuk menerima cahaya. Dengan demikian, kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda. Ada ikan yang senang terhadap intesintas cahaya yang tinggi. Namun ada  ikan yang mempunyai kemampuan untuk tertarik oleh cahaya mulai dari intensitas yang rendah sampai yang tinggi.

KLASIFIKASI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Jika kita melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi pada suatu perairan, maka sungguh banyak jenis alat dan teknik yang digunakan. Namun, berbagai alat tangkap tersebut banyak mempunyai kemiripan dalam pengoperasiannya walaupun ada yang lebih sederhana dan ada yang lebih kompleks.

  1. Prinsip Pengklasifikasikan
 Berbagai ahli telah melakukan klasifikasikan teknik penangkapan ikan. Ada perbedaan titik pandang, tujuan dan kondisi perairan. Namun, prinsip dasar dari pengklasifikasikan adalah bagaimana ikan  tertangkap.

Klasifikasi Teknik Penangkapan Ikan Menurut Kamakichi Kishinouye (1902) dalam Ayodhyoa (1981).
    Kamakichi Kishinouye dalam Ayodhyoa (1981) membagi teknik penangkapan atas 10 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Memaksa ikan dengan suatu kecepatan untuk memasuki daerah alat penangkapan arus air dihadang pada   arah kanan dan kiri, penghadang makin lama makin menyempit sehingga arus mencapai suatu kecepatan yang tidak mampu lagi dilawan oleh ikan. Dengan demikian, ikan-ikan secara terpaksa masuk ke dalam alat penangkap, misalnya jermal.
  2. Menghadang arah renang ikan-ikan (misalnya jaring insan hanyut).
  3. Mengajak atau menggiring lalu menyesatkan ikan ke alat penangkap (misalnya penaju pada sero)
  4. Mengusahakan masuk ke alat penangkap dengan mudah, tetapi dengan mempersulit keluar atau mengurung (misalnya bubu).
  5. Menggarit, menggaruk (misalnya menggarit kerang-kerangan). 
  6. Menjerat
  7. Terkait dan tidak terlepas lagi
  8. Mencemarkan keadaan lingkungan hidup ikan
  9. Membelit
  10. Menjepit lalu menangkap.
  11. Terkait dan tidak terlepas lagi

STATUS PERIKANAN TANGKAP TRAWL DI INDONESIA

Trawl sebagai salah satu teknik dan metode penangkapan ikan yang kontroversial kini kembali jadi pembicaraan karena muncul kehendak untuk dilegalkan. Kemampuan jaring trawl yang diunggulkan adalah bisa memungut beragam jenis biota air tanpa pilih, termasuk udang dan berbagai ikan demersal.Trawl yang berkembang di Tanah Air adalah trawl dasar (bottom trawl) dengan tujuan utama udang. Batasan umum jaring trawl adalah jaring berbentuk kerucut, yakni tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sepasang sayap.

1. Pukat Udang (BED Equipped Shrimp Net)
Pukat udang pada prinsipnya terdiri dari bagian kantong (cod end), badan (body), sayap (wing), sewakan (otter board) dan tali-tarik (warp). Desain pukat udang pada prinsipnya adalah sama dengan pukat harimau atau jaring trawl lainnya., tetapi pada pukat udang ini dilengkapi dengan BED seperti telah dikemukakan.
Aspek teknologi
Pukat udang ini dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan oleh kapal berukuran 100 GT atau lebih dengan anak buah (crew) lebih dari 10 orang. Lama penarikan antara 1-2 jam tergantung keadaan daerah penangkapan (trawl ground). Daerah penangkapan dipilih yang permukaannya rata, berdasar lumpur atau lumpur-pasir. Operasi penangkapan dilakukan baik pada siang maupun malam hari, tergantung keadaan.
Aspek ekologi
Yang tertangkap dengan penggunaan alat tangkap ini yaitu: Udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.)



2. Trawl Udang Ganda (Double-rigged Shrimp Trawls)
Trawl udang ganda adalah otter trawl yang dalam operasi penangkapannya menggunakan dua buah unit jaring sekaligus.
Dengan penggunaan trawl udang ganda ini terutama berpengaruh terhadap luas liputan area penangkapan. Dengan demikian diharapkan hasil tangkapannya menjadi berlipat ganda dibanding bila hanya menggunakan satu jaring
Aspek Teknologi
Panjang jaring sekitar 33 m. Sedang papan trawl (otter board) berukuran 1,8 m panjang dan 1,4 m lebar, berat 500-562 kg/buah. Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal berukuran 300 GT, kekuatan 700 PK/HP. Mengenai tonase kapal yang dipakai ini bervariasi tergantung besar kecilnya jaring yang digunakan. Kapal untuk trawl udang ganda ini dilengkapi dengan dua derek (outriggers) yang dipasang pada kanan-kiri dari lambung kapal. Dalam keadaan operasi dengan keadaan derek yang telah dipasang terlihat seakan-akan seperti sayap.
Aspek ekologi
Jenis yang tertangkap yaitu Udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.).
3. Pukat Harimau (Cungking Trawl)
Pukat harimau atau lebih dikenal Cungking Trawl adalah termasuk otter trawl kecil atau dikatakan Mini Otter Trawl.
Pukat harimau adalah tipe shrimp trawl, berbentuk bulat panjang dengan sayap pendek. Jaring trawl ini dapat digolongkan tipe Meksiko
Aspek teknologi
Bahan jaring yang dipakai sintetik fibre (Polyethylene). Pelampungnya dari bahan plastik, berbentuk bulat dan mengecil pada kedua ujungnya. Kapal yang umumnya digunakan berbobot 15 ton (25 PK). Papan trawl berukuran 1,33 m panjang, 0,57 m lebar dan tebal 2,5 cm, berat 27 kg/buah. Jaring trawl yang dipakai berukuran panjang sekitar 12-18 m. Bentuk kapal Cungkring trawl ini dibuat sedemikian rupa dengan luas relatif datar. Gerakannya sangat lincah, dapat menelusuri sampai perairan yang relatif dangkal sekali.

Aspek ekologi
Ikan (utama) dan udang (sampingan)
Dogol, Cantrang dan sejenisnya (Danish Seine)


Aspek Ekonomi Secara Umum
Dilihat dari segi usaha perikanan tradisional, pengoperasian trawl mini ini terbukti membantu nelayan dalam meningkatkan penghasilannya, baik alat ini dioperasikan sebagai alat pokok maupun sebagai alat tambahan. Setidaknya alat trawl mini ini dinilai cukup membantu nelayan pada saat alat tradisional lainnya tidak dapat dioperasikan. Mengingat keterbatasan kemampuan operasi trawl mini dengan hasil tangkapan yang relatif kecil termasuk udang, pengaruhnya tidak merusak sumber sebagaimana dampak yang ditimbulkan oleh pengoperasian trawl kecil dan trawl yang berukuran lebih besar. Oleh karena itu, seandainya ada pengecualian terhadap trawl mini, nelayan kecil ini jangan dikamuflase trawl lain yang seolah-olah demi nelayan kecil ini.
sumber  http://pepenm87.blogspot.com

ALAT TANGKAP TRAWL

A.PENDAHULUAN
1.Definisi Alat Tangkap
Kata “ trawl “ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja.
Dari kata “ trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal ( baca : kapal dalam keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.
Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jarring atau lebih.
2. Sejarah Alat Tangkap
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk ( tingkat ) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an ( periode setelah proklamasi kemerdekaan ). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
3. Prospektif Alat Tangkap
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.
Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut perhitungan- perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu benntukl yang diharapkan.

B. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP

1. Konstruksi Umum Gambar 1
2. Detail Konstruksi Gambar 2
3. Gambar Teknis Gambar 3
4. Bahan dan Spesifikasi Gambar 4
5. Karakteristik
berdasarkan letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal kita mengenal adanya stern trawl, dimana jaring ditarik dari buritan ( dalam segi operasionalnya ). Dimana banyak kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik dari stern trawl ini antara lain:
Ø Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi oleh angin dan gelombang dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan memutar letak kapal
Ø Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari jaring memerlukan waktu yang lebih sedikit, yang berarti waktu untuk jaring berada dalam air ( operasi ) lebih banyak
Ø Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan mudah
Ø Pada stern trawl akibat dari screw current jaring akan segera hanyu, demikian pula otter boat segera setelah dilepas akan terus membuka
Ø Karena letak akan searah dengan garis haluan- buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih mudah diduga
Ø Pada stern trawl, pada waktu hauling ikan-ikan yang berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring dapat terpelihara
C. HASIL TANGKAPAN
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar ( bottom fish ) ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang ( shrimp trawl, double ring shrimp trawl ) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya.
Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.

D. DAERAH PENANGKAPAN

Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
q Dasar fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
q Kecepatan arus pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar
q Kondisi cuaca,laut, ( arus, topan, gelombang, dan lain-lain ) memungkinkan keamanan operasi
q Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus
q Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah

E.ALAT BANTU PENANGKAPAN

Pada umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak ada yang menggunakan steam engine ( 45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang memakai motor dari 60-90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan warp, dan untuk mengontrol panjang warp dipasang brake.
Besar jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “ panjang dari head rope “ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.
F. TEKNIK OPERASIONAL ( SHOOTING & HAULING )
(1) kecepatan/lama waktu menarik jaring
adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan ( bentuk terbukanya ), kekuatan kapal untuk menarik ( HP ), ketahanan air terhadap tahanan Air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan pula dengan swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan tarik ditentukan .
Lama waktu penarikan di dasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
(2) panjang warp
factor yang perlu diperhatikan adalah depth,sifat dasar perairan ( pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar 9M ( depth minimum ). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras ( kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian. Pada setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang complicataed ini ditularkan ke jaring ( head rope and ground rope ), dan dari sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar ( arus, angin, gelombang )
Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas ( tidak mencapai dasar ), warp terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal ( HP dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban yan g optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika dihitung satu demi satu.

G. HAL YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN TANGKAPAN

Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain:
Ø Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur
Ø Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal
Ø Jaring atau tali temali tergulung pada screw
Ø Warp putus
Ø Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
Ø Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke jaring
Ø Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.
Ø Dan lain sebagainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta
The Gourack Ropework,Co.,ltd.1961. deep sea trawling and wing trawling
Ward,george,ed.1964. Stern trawling
di sunting dari : 
http://fiqrin.wordpress.com